Tradisi Kurban: Antara Nabi Adam, Ibrahim, dan Muhammad

0
186

Tradisi kurban memang memiliki sejarah Panjang. Tradisi ini mengandung pelajaran moral maupun spiritual. Peristiwa kurban pernah terjadi pada masa Nabi Adam, Nabi Ibrahim, dan Nabi Muhammad.

Kisah kurban pada Nabi Adam, dengan cerita dua putranya, Habil dan Qabil. Dalam Al-Qur’an, Surah Al-Ma’idah (5:27), kedua saudara ini diperintahkan mempersembahkan kurban kepada Allah. Habil dengan tulus mempersembahkan hewan ternak terbaiknya, sementara Qabil mempersembahkan hasil panen yang kurang baik. Allah menerima kurban Habil karena keikhlasannya, sementara itu kurban Qabil ditolak, menekankan pentingnya niat dan keikhlasan dalam berkurban.

Selain itu, kisah kurban juga terjadi pada masa Nabi Ibrahim. Allah memerintahkan Nabi Ibrahim mengorbankan putranya, Ismail, melalui mimpi. Ibrahim dengan ketaatan tanpa syarat bersiap melaksanakan perintah tersebut. Ismail pun menerimanya dengan ikhlas karena perintah Allah. Kendati demikian, ketika Nabi Ibrahim memegang leher Ismail Allah menggantikan Ismail dengan domba. Peristiwa inti kurban ini adalah ketaatan dan ketakwaan yang tulus kepada Allah sebagaimana dalam Surah As-Saffat 37:100-107.

Sementara itu, tradisi kurban juga terjadi pada masa Nabi Muhammad yang melestarikan dan menyempurnakan tradisi ini. Dalam syariat Islam, kurban menjadi bagian integral dari perayaan Idul Adha dan ibadah haji. Nabi Muhammad memberikan petunjuk tentang proses pemilihan hewan kurban, proses penyembelihannya hingga pembagian dagingnya. Nabi Muhammad menekankan bahwa yang mencapai Allah bukanlah daging dan darah hewan, tetapi ketakwaan dari orang yang berkurban sebagaimana dalam HR. Tirmidzi tentang menegaskan pentingnya keikhlasan dan niat.

Tradisi kurban yang dijalani umat Islam hari ini adalah cerminan ketaatan dan pengorbanan yang ditunjukkan oleh Nabi Adam, Nabi Ibrahim, dan Nabi Muhammad. Setiap penyembelihan hewan kurban mengingatkan kita tentang ketaatan, keikhlasan, dan solidaritas sosial. Kurban bukan sekadar ritual tahunan, melainkan manifestasi nilai-nilai luhur yang diajarkan oleh para nabi.

Nabi Muhammad mengajarkan bahwa kurban bukan hanya tentang penyembelihan hewan, tetapi juga tentang berbagi dengan yang kurang beruntung. Hal ini menekankan solidaritas sosial dan kepedulian terhadap sesama, mencerminkan tanggung jawab kita untuk membantu dan mendukung orang lain, terutama mereka yang membutuhkan. Tindakan ketaatan sejati melibatkan kontribusi nyata bagi kesejahteraan dan kebahagiaan orang lain.

Penulis : Abu Muslim, Dosen FTIK IAIN Ponorogo, Santri PC ISNU Magetan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini